Ini 5 Langkah GERMAS untuk Kendalikan Penyakit Tidak Menular
Penyakit Tidak Menular Merenggut Nyawa …
Masih hangat di ingatan saya kenangan bersama tiga orang yang saya kasihi, yang telah pergi selamanya untuk menghadap Sang Pemilik Kehidupan. Mereka adalah kakek dan nenek saya. Ketiganya meninggal karena menderita Penyakit Tidak Menular.
Almarhumah nenek saya (dari pihak ibu) menjelang ajalnya sering keluar – masuk ruang ICU. Beliau mempunyai tekanan darah tinggi atau hipertensi yang pada akhirnya mengakibatkan serangan jantung di akhir hayatnya. Enam tahun kemudian, suaminya atau kakek saya menyusul mengembuskan napas terakhirnya di ruang ICU. Stroke kronis yang dideritanya sejak belasan tahun silam telah berakibat buruk terhadap komplikasi. Yang terakhir, kakek saya dari pihak ayah pun berpulang tahun 2018 lalu disebabkan stroke dan hipertensi.
Tentu saja faktor takdir berperan kuat di balik ajal kakek dan nenek saya. Namun, di sini saya ingin mengulas tentang penyebab kematian mereka. Faktor usia lanjut bisa menjadi salah satu sebab ketiganya rentan terserang penyakit degeratif (penyakit karena faktor penuaan). Selain itu, Penyakit Tidak Menular dalam bentuk penyakit jantung dan hipertensi pun turut bersemayam di tubuh mereka.
Hati-hati dengan Riwayat Penyakit Keluarga
Loh kenapa harus berhati-hati? Sebetulnya ini pengingat untuk diri saya sendiri. Atas riwayat keluarga yang menderita penyakit tidak menular (hipertensi dan jantung), saya harus lebih mawas diri karena bisa jadi saya mewarisi penyakit dari nenek moyang. Apalagi ibu saya juga sudah terdeteksi hipertensi yang mengharuskannya minum obat seumur hidupnya. Kamu pun perlu mengetahui dan mencari informasi tentang riwayat penyakit keluarga supaya lebih aware atas kemungkinan risiko kesehatan pada diri kamu dan keturunanmu.
Sebetulnya mawas diri melalui penerapan pola hidup sehat bukan hanya perlu dilakukan oleh mereka yang punya riwayat penyakit keluarga, melainkan oleh semua orang yang ingin kualitas kesehatannya meningkat. Namun, perlu digarisbawahi kalau di keluarga kamu ada yang menderita Penyakit Tidak Menular, besar kemungkinan keturunannya memiliki kesempatan atau prevalensi untuk menderita penyakit yang sama.
Pergeseran Penyakit di Era Digital
Kilas balik ke tahun 1990-an, penyebab kematian dan kesakitan terbesar saat itu adalah penyakit menular seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), TBC, diare, dan lain-lain. Namun, dalam 30 tahun terakhir ini, Indonesia mengalami perubahan dan pergeseran pola penyakit.
Pergeseran pola penyakit ini terjadi di sekitar tahun 2010. Penyebab kesakitan dan kematian terbesar di tahun tersebut bukan lagi penyakit menular, melainkan Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti stroke, jantung, kanker, HIV/AIDS dan kencing manis (diabetes). Tak jarang PTM ini menyebabkan keluarga jatuh miskin karena merawat anggota keluarga yang sakit.
Kenapa terjadi Pergeseran Pola Penyakit?
Apakah kamu sadar kalau di era digitalisasi seperti sekarang ini, semua pekerjaan serba dimudahkan? Misalnya saja kamu ingin beli makanan, order saja delivery food. Mau bepergian, order saja taksi atau ojek online melalui aplikasi. Gaya hidup millenials yang maunya serba praktis dan serba instan juga membuat restaurant fast food berkembang pesat. Masyarakat zaman now lebih suka makan makanan olahan ketimbang membuat sendiri di rumah (homemade).
Kemudahan-kemudahan seperti itulah yang membuat tubuh kita jadi malas bergerak, banyak konsumsi makanan tinggi lemak dan garam, belum lagi paparan polusi dan asap rokok di sekitar kita. Hal-hal itu yang bisa memicu timbulnya PTM.
Hati-hati loh ya, PTM nggak hanya berisiko menyerang orang berusia tua. Anak muda pun bisa berisiko terkena PTM karena gaya hidup yang tadi kita bicarakan. Saya punya beberapa teman yang sudah didiagnosis hipertensi oleh dokter sebelum usia mereka menginjak 30 tahun.
Read also: Remaja Millenial Rentan Terkena Hipertensi
Apa yang Harus Dilakukan untuk Mengendalikan Penyakit Tidak Menular?
Well, tentunya untuk mengendalikan PTM ini kita harus mengubah gaya hidup nggak sehat menjadi gaya hidup yang lebih sehat. Perubahan ini harus dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Bagaimana caranya?
Ada 5 langkah Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS) yang bisa dilakukan oleh masyarakat secara mandiri untuk menghindari/mencegah Penyakit Tidak Menular:
1. Melakukan Aktivitas Fisik
Fenomena double burden of nutrition (beban ganda masalah gizi) masih terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia ini. Yups, maksudnya adalah masalah gizi kurang dan gizi lebih (overweight/obesitas) terjadi bersamaan.
Bahkan, angka overweight dan obesitas di Indonesia terus meningkat dari tahun 2007 – 2018 (Riskesdas, 2018).
Faktor penyebabnya apa? Selain karena pola makan nggak sehat, juga karena kurangnya aktivitas fisik. Kurang aktivitas fisik juga bisa berakibat tubuh tidak bugar sehingga seseorang cepat merasa ngos-ngosan ketika melakukan suatu pekerjaan.
Aktivitas fisik ini gampang dilakukan sebenarnya. Beberapa cara yang bisa kamu lakukan misalnya,
- Sempatkanlah olahraga dengan berjalan kaki 30 menit/hari
- Kalau kamu nggak sempat berolahraga di gym atau taman, sebelum bekerja di pagi hari sempatkan buka YouTube dan cari channel senam yang bisa dilakukan dari rumah lalu ikuti gerakan senam meskipun cuma 10 – 15 menit sebelum melakukan aktivitas lainnya
- Meskipun kamu lebih senang belanja online, sesekali boleh lah coba jalan ke warung dekat rumah, atau jalan-jalan ke pasar/swalayan/mall buat sekadar window shopping. Lumayan bikin badan bergerak (dan hati senang) kan? Hehe
- Kalau naik commuter line atau MRT, pilih saja gerbong yang paling jauh dengan pintu keluar stasiun agar kamu punya alasan berjalan kaki setelah turun dari kereta.
- Hindari lift atau eskalator di kantor, paksa diri naik dan turun tangga minimal sekali sehari agar melatih kebugaran.
Apa lagi kira-kira ya, aktivitas fisik yang dekat sekali sama kehidupan sehari-hari tapi sering terlupakan tidak dikerjakan. Hmm, Ternyata semudah itu koq untuk membuat tubuh mau bergerak. Asal ada niat, pasti ada jalan.
Di tempat kerja, kamu pun bisa melakukan aktivitas fisik. Contohnya seperti di lingkungan Kementerian Kesehatan yang sudah menerapkan imbauan Senam Peregangan bagi para karyawannya. Senam Peregangan ini merupakan merupakan salah satu aktivitas fisik dalam program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
Gerakan peregangan (cuma 3 menit saja loh) dilakukan secara berkala setelah ± 1-2 jam karyawan bekerja pada posisi sama. Caranya dengan menggerakkan otot dan sendi kepala, leher, bahu, lengan, pinggang, kaki untuk menghilangkan kekakuan tubuh. Gerakan Senam Peregangan Indonesia ini mendapat apresiasi dari WHO-SEAR loh.
Nah, kamu bisa mengusulkan Senam Peregangan Indonesia ini diterapkan juga di tempat kamu bekerja. Manfaatnya banyak, semua pekerja bisa menjadi lebih sehat dan bugar sehingga menunjang produktivitas kerja.
2. Mengonsumsi Buah dan Sayur
Proporsi makanan yang kita makan sebaiknya merujuk ke Pedoman Gizi Seimbang (PGS) supaya tubuh kita terpenuhi sumber zat gizi karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan lemak.
Lalu kenapa mesti ditekankan untuk mengonsumsi buah dan sayur? Hmm, masalahnya adalah 95% masyarakat Indonesia masih kurang dalam hal mengonsumsi sayur dan buah (Riskesdas 2018) padahal pangan kita berlimpah ruah. Sebetulnya bukan mereka nggak mengonsumsi buah dan sayur barangkali, tetapi proporsinya yang mungkin saja masih jauh dari yang dianjurkan.
Berapa sih porsi buah dan sayur yang dianjurkan?
Dari gambar Tumpeng Gizi Seimbang di atas, kita bisa lihat bahwa porsi sayuran yang perlu dikonsumsi dalam sehari adalah 3-4 porsi, sedangkan porsi buah-buahan 2-3 porsi. Ukuran porsi ini untuk lebih jelasnya lihat di Pedoman Gizi Seimbang (saya capture beberapa bagian).
Isi Piring Makan
Isi Piring Makan menggambarkan proporsi jenis makanan dalam sekali saji. Bisa dilihat di atas bahwa proporsi sayuran dan nasi itu sama. Jadi, sayuran bukan hanya sekadar “penghias” piring melainkan kita perlu perhatikan proporsinya juga supaya tubuh kita bisa mendapat manfaat yang optimal.
Mulai sekarang, setiap belanja coba deh alokasikan anggaran untuk selalu membeli buah dan sayur. Selain mengandung tinggi serat, vitamin, dan mineral, sayuran dan buah-buahan juga merupakan zat antioksidan untuk menangkal radikal bebas penyebab kanker. Ajari anak-anak kita makan buah dan sayur sejak dini. Jujur saja, saya pun masih berupaya koq mengajari anak saya (usia 3 tahun) makan sayur.
3. Memeriksa Kesehatan secara Rutin
Buat kamu yang memang sudah didiagnosis menderita PTM, memeriksakan kesehatan sudah menjadi hal yang wajib dilakukan. Seperti ibu saya yang terkena hipertensi, beliau harus rutin periksa tensi dan minta obat ke dokter setiap bulan sekali.
Sebetulnya kamu nggak perlu menunggu sakit untuk memeriksakan kesehatan ke fasilitas kesehatan terdekat. Kalau kamu punya cukup dana, kamu bisa melakukan medical checkup secara lengkap di laboratorium. Medical checkup ini bisa didapatkan secara gratis untuk karyawan di instansi tertentu yang memang mewajibkan karyawannnya untuk rutin memeriksakan kesehatan.
Saat ini, seharusnya kita nggak perlu khawatir untuk memeriksakan kesehatan karena sekarang sudah ada Jaminan Kesehatan Nasional melalui BPJS. Saya pernah loh dapat kesempatan test pap smear gratis di klinik laboratorium yang bekerja sama dengan BPJS. Pap Smear gunanya untuk skrining awal atau mendeteksi adanya kanker serviks. Skrining ini penting banget dilakukan oleh wanita yang sudah aktif secara seksual.FYI, kanker serviks dan kanker payudara adalah penyebab kematian tertinggi pada wanita.
Read also: Tes Pap Smear Tidak Menakutkan, Bisa GRATIS pula! Ini Pengalaman Saya
Oh ya, untuk mendeteksi dini adanya kanker payudara, kamu (para wanita di dunia ini) bisa melakukan Periksa Payudara Sendiri (SADARI). SADARI bisa dilakukan setiap hari ke 7-10 dihitung mulai dari hari pertama haid ATAU bagi wanita menopause bisa melakukannya setiap bulan pada tanggal yang sama. Bagaimana caranya? Lihat infografis di bawah ini ya.
4. Tidak Merokok
Merokok berbahaya bagi tubuh karena bisa mengakibatkan berbagai penyakit. Sayangnya, butuh waktu yang nggak sebentar untuk bisa mengubah perilaku perokok aktif agar mau berhenti sama sekali dari kebiasaan merokoknya. Almarhum dua kakek saya semasa hidupnya adalah perokok berat. Bahkan, ayah saya yang alhamdulillah masih tampak sehat hingga saat ini pun adalah perokok berat.
Bahaya merokok pastilah sudah umum ketahui, tapi percayalah, siapapun yang belajar ilmu perilaku kesehatan pasti tahu bagaimana beratnya mengubah kebiasaan seseorang. Singkat kata, “Udah tahu bahayanya tapi koq tetep ngeyel ya.” Begitulah kalau cuma paham teori tapi nggak ada keinginan untuk berubah. Komunikasi, Edukasi, Informasi (KIE) harus tetap dijalankan sembari berdoa agar orang-orang tersayang bisa stop merokok.
Sosialisasi tentang bahaya merokok ini saya akui semakin gencar, tapi iklan-iklan rokok pun nggak kalah gencarnya untuk masuk ke berbagai lini. Apalagi sekarang banyak banget kegiatan positif kawula muda yang (sayangnya) didukung oleh brand rokok.
Perusahan rokok ini getol menyasar anak-anak muda, nggak heran kalau prevalensi merokok pada remaja selalu meningkat. Lihat saja sejak tahun 2013 prevalensi merokok pada remaja (10-18 tahun) di angka 7,2% (Riskesdas 2013), lalu meningkat menjadi 8,8% (Sirkesnas 2016) dan 9,1% (Riskesdas 2018). Miris ya? Saya pernah menulis keresahan saya di sini: Indonesia Darurat Rokok, ke mana Saya Harus Mengadu?
Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sudah diterapkan oleh beberapa instansi pendidikan, pemerintahan, perkantoran, dan fasilitas umum lainnya. Yaa meskipun mungkin belum semuanya berjalan optimal karena penerapan sanksi tegas sepertinya juga belum berjalan. Saya punya ide, bagaimana kalau KTR ini kita terapkan saja minimal dari rumah kita sendiri? Iya, jadi siapapun yang mau bertandang ke rumah, silakan kalau mau merokok kita sediakan tempat khusus atau sekalian saja nggak boleh merokok di area rumah kita. Walau bagaimanapun, mengirup udara bebas asap rokok itu hak kita loh.
Merokok itu nggak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga orang lain karena yang lebih berisiko terkena penyakit adalah orang yang terkena asap rokoknya alias perokok pasif. Jadi, please jangan jadi sumber penyakit bagi orang lain.
5. Tidak Mengonsumsi Alkohol
Mengonsumsi minuman beralkohol di Indonesia bukan hal yang baru. Bahkan, beberapa wilayah di Indonesia menjadikan minuman beralkohol sebagai bagian dari ritual adat masyarakat setempat. Nah, ritual adat inilah yang menjadi pemicu masyarakat mengonsumsi minuman beralkohol/ minuman keras (miras).
Saat ini mengonsumsi minuman beralkohol sepertinya sudah menjadi bagian dari gaya hidup sebagian masyarakat di Indonesia. Awalnya mungkin ingin coba-coba, tapi pada akhirnya ketagihan. Kamu tahu bahayanya mengonsumsi alkohol dalam jumlah banyak? Hal ini bisa menekan beberapa fungsi organ tubuh dan dalam kondisi berat bisa menyebabkan kematian.
Konsumsi alkohol berkontribusi terhadap lebih dari 3 juta kematian di seluruh dunia setiap tahun dan lebih dari 5 persen dari beban penyakit dan cedera di seluruh dunia (data dari Global Status Report (GSR). Konsumsi alkohol juga merupakan faktor risiko utama untuk PTM (penyakit tidak menular) termasuk kanker dan penyakit kardiovaskuler serta penyakit-penyakit menular seperti TB dan HIV/AIDS, kekerasan, dan cedera.
Total konsumsi minuman beralkohol di Indonesia terus meningkat. Mirisnya, prevalensi remaja yang mengonsumsi minuman beralkohol pun ikut meningkat. Duh, bagaimana nasib kualitas generasi bangsa ini kalau anak mudanya sudah terpapar efek negative dari miras? Lebih mengerikan lagi kalau ternyata yang dikonsumsi adalah oplosan yang merupakan miras paling berbahaya bagi kesehatan.
Terkait hal ini, petugas Puskesmas perlu bergandeng tangan dengan para tokoh masyarakat, guru, tokoh agama, dan tokoh pemuda untuk mengendalikan dan melaporkan ke pihak berwenang jika terjadi pelanggaran terhadap distribusi dan konsumsi miras di wilayah setempat.
Tentang GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat)
Mungkin kamu sudah pernah mendengar soal GERMAS?
GERMAS atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Siapa yang Terlibat GERMAS?
GERMAS dibuat berdasarkan Instruksi Presiden nomor 1 tahun 2017. Presiden meminta masyarakat melaksanakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Program ini dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan, tetapi sesungguhnya GERMAS adalah milik seluruh masyarakat Indonesia dan harus disukseskan secara bersama-sama. Ya memang betul bahwa masalah kesehatan sebenarnya bukan hanya tugas di sektor kesehatan, tapi melibatkan sektor lainnya termasuk kelompok masyarakat. Artinya perlu kerjasama lintas sektoral sebagai solusi dari berbagai masalah kesehatan.
Contoh nyata kerja sama lintas sektor dalam menjalankan GERMAS ini bisa dibaca di Asyiknya GERMAS di Gorontalo.
Di sini kita bisa melihat Pemerintah Gorontalo memprioritaskan pembangunan kesehatan dengan merangkul lintas sektor, tidak hanya petugas kesehatan, tetapi juga tokoh masyarakat dan tokoh agama. Dengan integrasi lintas sektoral, pembangunan kesehatan di Gorontalo meningkat secara signifikan. Keren ya? Semoga kabupaten dan provinsi lain pun tak kalah kerennya seperti Gorontalo dalam hal kerja sama lintas sektoral untuk menangani masalah kesehatan.
Pelaksanaan GERMAS ini harus dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Dengan menerapkan GERMAS, diharapkan para generasi muda, kaum milenial dan masyarakat umum dapat berperilaku hidup sehat. Yuk kita jadikan GERMAS sebagai kebiasaan yang lama kelamaan menjadi budaya di dalam kehidupan masyarakat, karena bisa dilakukan secara mandiri di rumah.
Jadi, sudah siapkah kamu jadi agent of change untuk melaksanakan GERMAS demi menyukseskan program pengendalian penyakit tidak menular?
-SKA-
Referensi:
http://www.depkes.go.id/article/view/18110200003/potret-sehat-indonesia-dari-riskesdas-2018.html
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf
http://www.depkes.go.id/article/view/17091100002/senam-peregangan-indonesia-diapresiasi-who-sear.html
https://www.suara.com/lifestyle/2018/09/30/170121/kendalikan-konsumsi-alkohol-who-bentuk-program-safer
35 thoughts on “Ini 5 Langkah GERMAS untuk Kendalikan Penyakit Tidak Menular”
PTM ini malah lebih gawat dan silent killer banget Mak.
Ibundaku juga berpulang setelah bertarung melawan kanker paru.
Semoga ALLAH menjaga dan melindungi kita semua yaaa
Aku mulai melakukan jalan lebih jauh dengan berhenti di dua halte busway sebelumnya. Tapi sekarang jarang aku lakukan karena udara di Jakarta tambah parah aja deh…. Jadi, yang biasanya paling nggak aku jalan 7000 langkah ini malah berkurang… Memang mesti waspada dengan PTM ini, apalagi kl sudah terlena dengan makanan enak tapi malas konsumsi sayur dan buah… boro2 gerak badan
Aktivitas fisik emang pr banget apalagi buat yang kerja duduk melulu, huhu. Musti maksain diri banget. Ini bikin aware deh postingannya, thanks Mak
Bapakku meninggal juga setelah sekian lama darah tinggi mba.
Bener banget, gaya hidup mengubah semua yaa… Sekarang banyak yang usianya masih muda, tapi sudah kena banyak penyakit..makasih diingatkan mba..
Tidak menular tapi mematikan, apalagi penyakit ini sangat mempengaruhi kesehatan seluruh anggota keluarga, karenanya memang wajib menjaga serta mengantisipasi dengan pola hidup yang lebih sehat agar tidak menjadi penyebab masalah kesehatan generasi selanjutnya. Makasih mak sudah berbagi informasi masalah PTM ini.
Serem banget ya mba, selain harus jaga gaya hidup, gaya makanan juga harus diperhatikan. Btw itu kartu apa lagi bojs kis mba? Ku malah baru tau, gimana cara dapetin nya
Aktivitas fisik di era digital seperti ini memang sudah jarang dilakukan. La wong apa-apa tinggal pakai gawainya aja. Ngapain repot-repot ke sana sini. Dengan begitu kita jadi jarang gerak, solusinya memang olahraga. Program germas memang perlu digalakkan, biar orang macam saya yang males gerak jadi ikutan olahraga.
Penyakit tidak menular seperti jantung dan stroke memang mematikan. Almh. Mbah putri saya juga kena jantung meninggalnya. :((
Pola hidup sehat, pola makan sehat, rutin olahraga, dan minum air putih yang cukup bisa mengurangi resiko penyakit tidak menular ya
Hidup zaman sekarang memang harus hati-hati. Penyakit tidak menular saat ini paling banyak disebabkan oleh gaya hidup dan pola makan yang salah. Aku juga lagi berbenah nih, yang paling susah ya untuk berolahraga hehehe. Kalau konsumi gula, karbo dan lemak bisalah ngurang2in
Ngeri ya mbak, penyakit tidak menular saat ini semakin meningkat dan menjadi penyebab kematian yg cukup tinggi. Banyak org masih belum menyadari bahwa PTM juga sangat berbahaya, tak kalah berbahayanya dengan penyakit menular
Well note utk khusus info yg peregangan perlunya otot-otot saat bekerja terlalu lama dengan posisi yg sama.
Harus dibudayakan kayaknya nih olahraga – gerak , krn sebagian masyarakat kita terbiasa kurang gerak kemana2 naik motor angkot hhehe walaupun jarak deket . Dan efek kurang gerak ini dr over weight bisa merambat k penyakit macam2
Meski tidak menular, tapi PTM ini juga bahaya. Karena kadang bisa turun temurun…
Baca artikel ini aku merinding sendiri. Apalagi papa n mama mertua udah sepuh dan mulai digerogoti penyakit tua. Semoga kita semua selalu dalam keadaan sehat ya.
Penyakit tidak menular yang harus selalu diwaspadai ya. Semoga kita semua sehat selalu.
Nah aku sekarang juga pelan pelan olah raga dengan lihat di youtube karena belum bisa ikut senam di lapangan
Jalan kaki nih yang sering saya lakukan di depan rumah selama 30 menit setiap pagi
Penyakit tidak menular ini serem banget ya, dan sangat mematikan karena biasanya timbul komplikasi, hiks. Jalan terbaik ya jaga pola hidup sehat ya
Penyakit tidak menular justru berbahaya ya padahal pencegahannya gampang banget. Tinggal atur pola makan dan rajin berolahraga. Semoga Kita sehat selalu ya.
Gaya hidup sehat ini yg susaaah bener kayaknyaaa. Bener banget segala kemudahan bikin terlena, hahaha. Padahal hasil medcheck kantor tiap tahun selalu bilang kolesterol awas ni, sudah di ambang batas normal, huhu.